Selasa, 27 Juli 2010

Around Shenzhen

(Hongkong, 17)


Setelah selesai urusan di imigrasi Shenzhen, waktunya exploring kota itu...

A Liang adalah guide kami di Shenzhen. Sama dengan Tony, A liang juga fasih berbahasa Indonesia komplit dengan guyonannya...termasuk "kacian de luu.."


Shenzhen dulunya adalah desa kecil bernama Baoan dengan penduduk sebagian besar bertani dan nelayan. Pada tahun 1979, desa itu berganti nama menjadi Shenzhen yang mempunyai arti "deep drains" karena terdapat pertemuan arus sungai yang menjadikan daerah tersebut subur cocok untuk bertani.. Kemudian Shenzhen berkembang sangat pesat menjadi salah satu kota termodern di China dengan empat pilar penyokong kemajuannya yaitu high tech, finance, logistic and culture...


...salah satu mobil yang saya jumpai di jalanan Shenzhen...kayaknya pernah liat? hehe... Jalan tertentu di kota Shenzhen tidak boleh dilewati truk, kontainer atau kendaraan berat lain karena jalan ini dibangun dari menguruk laut sehingga dikhawatiran jalan jadi-jadian ini kalau dilewati beban yang berat akan kembali ke asal, ambles dan menjadi lautan lagi...hiii....


Shenzhen menarik banyak turis asing untuk berkunjung (halah, termasuk saya dong...hiks) karena konon Shenzhen mempunyai banyak giant shopping malls yang menawarkan aneka barang dengan harga memuaskan dan yang tidak anda jumpai di tempat lain :) begitu promosinya...

...meski Shenzhen sudah tampak cantik sekarang ini, namun menurut cerita A liang pernah juga punya sejarah memilukan, yaitu pada masa diperintah secara tiran oleh seorang pemimpin pada masanya yang berideologi komunis. A liang menjadi saksi hidup pada saat penduduk tidak bebas membeli pakaian, bahan baju dijatah oleh pemerintah sekian meter setahun, makan daging diatur dan hanya satu kali sebulan. Apabila anda mempuyai tanaman yang berbuah di halaman anda, anda tidak boleh serta merta memanen dan menikmatinya..harus disetor ke negara dan dibagi rata dengan orang se negara. Kalau anda melanggar, anda dianggap kriminil dan harus dihukum....horrok! A Liang teringat kenekatan keluarganya pada saat itu, memetik labu di halamannya tanpa melapor ke aparat yang berwajib, kemudian membawanya masuk ke dapur, seluruh penerangan di dapur dimatikan, kemudian labu itu dibelah dengan sangat pelan dan dinikmati anggota keluarga....mengunyah dengan pelan..agar tidak konangan!

Tetapi ada juga cerita baiknya, zaman dulu itu tidak ada pencuri kata A Liang. Mau mencuri selembar bajupun bakal ketahuan karena si empunya baju hapal betul bagian mana yang koyak sehingga kalau dipakai orang lain, meskipun kembar motifnya, akan tetap ketahuan... :(



...petani di Shenzhen sekarang ini menjadi sangat kaya karena banyak lahannya yang dibeli oleh pemerinta dengan harga memadai sehingga kalau dia mau ongkang-ongkang saja tidak bekerja, uang dari hasil ganti untung itu akan cukup untuk menghidupinya...
Sebagian besar petani kemudian membangun apartemen-apartemen di kota untuk disewakan....Gedung-gedung di kota Shenzhen tampak selalu rapi karena di cat secara periodik oleh pemerintah...(betul nggak sih? saya kuatir salah dengar keterangan A liang tentang hal ini..)

Tidak ada komentar: